Senin, 23 Maret 2009

Rajawali Bukan Ayam

Di sebuah daerah persawahan yang jauh dari keramaian, tampak seorang petani muda yang sedang menuju perjalanan pulang bekerja dari sawah miliknya. Ditengah perjalanan, ia melihat sebutir telur yang jatuh bersamaan dengan sarang yang telah terkoyak dikarenakan telah terjadi angin besar beberapa waktu yang lalu. Ia pun berniat membawa pulang telur ini untuk disantap bersama keluarganya. Sesampainya dirumah, ia merasa sayang bila telur yang besar dan bentuknya lain dari telur-telur ayam miliknya itu harus musnah di atas penggorengan. Kemudian petani muda inipun mengeramkan telur temuan itu bersama telur-telur ayam miliknya yang lain.
Selang beberapa waktu, telur temuan itu menetas bersamaan telur ayam yang lain. Dari telur temuan itu muncullah seekkor unggas yang mempunyai ukuran dan bentuk yang berbeda dengan anak ayam yang lain. Tetapi si induk ayam mengira bahwa unggas itu adalah bagian dari anak-anaknya yang lain dan memperlakukan sama dengan yang lainnya. Mencari makan dengan mengais tanah menggunakan cekernya, dan mencari sisa-sisa makanan dengan paruhnya.
Waktu terus berlalu, beberapa bulan kemudian unggas itupun tumbuh lebih besar dari ayam yang lain, paruhnya bertambah panjang dan besar, matanya terlihat lebih tajam, kakinya lebih kekar dan kokoh serta mempunyai sayap yang lebih panjang dan lebar dibanding ayam yang lainnya. Ternyata unggas itu adalah seekor rajawali yang terlihat gagah dan perkasa. Tetapi dengan kelebihan bentuk tubuh seperti itu, rajawali inipun tetap mencari makan dan berperilaku layaknya ayam yang lainnya, bahkan sampai mati. Tidak bisa menggunakan paruhnya untuk mencabik-cabik daging yang keras, tidak mampu menggunakan kakinya untuk mencengkeram mangsa, tidak dapat memanfaatkan matanya yang tajam untuk mencari makan, juga tidak mampu mengepakkan sayapnya untuk menjelajahi lembah dan gunung. Hal itu dikarenakan seekor rajawali yang hidup di lingkungan ayam.
Terlepas benar tidaknya cerita di atas, ada sebuah pelajaran yang menarik yang dapat kita ambil. Manusia diberikan begitu banyak potensi oleh Sang Pencipta. Akan tetapi terkadang manusia sendiri tidak menyadari potensi apa yang sebenarnya ada pada dirinya. Ketika lingkungan membelenggu potensi positif kita dan tidak memberikan kesempatan untuk menggali lebih jauh lagi bakat yang kita miliki, maka sampai nantipun kita tidak menemukan potensi, bakat dan kemampuan positif lainnya seperti rajawali yang malang tadi.
Oleh karena itu, lingkungan dimana kita tumbuh sangat berpengaruh pada diri kita. Walaupun begitu kita pun tidak boleh menyalahkan lingkungan apabila terjadi banyak hal negatif pada diri kita. Ketika kita tinggal di lingkungan yang negatif, untuk memberikan keseimbangan pada diri kita, maka kita cari lingkungan luar yang memberikan pendidikan pada kita. Bahkan bila memungkinkan, kita bentuk lingkungan-lingkungan yang mendidik. Sehingga potensi besar yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta bisa kita gali dan termanfaatkan bagi kebaikan diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan berkontribusi dalam membentuk peradaban dunia yang berkeadilan dan sejahtera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar