Jumat, 25 September 2009

FACE BOOK Akankah Bertahan Lama?



Dalam beberapa bulan terakhir ini, Facebook benar-benar telah mengambil hidup jutaan orang, termasuk di Indonesia. Dan mungkin, bisa jadi termasuk kita sendiri.

Sebabnya, di Facebook, para penggunanya bisa berinteraksi dengan banyak orang, teman-teman baru ataupun teman-teman lama. Di Facebook, kita bisa bermain game internet gratis, juga bisa menampilkan foto-foto kita, dan tidak seperti halnya di blog atau situs, foto-foto tersebut dijamin langsung bisa dilihat oleh friend list yang bersangkutan. Bahkan dikomentari. Di Facebook pula ada fasilitas chatting, dan meng-up-date status—sampai-sampai ke kamar mandi dan segala hal tak penting lainnya pun (atau yang lebih parah, hal sangat pribadi!) diberitahukan kepada khalayak. Dan mendapatkan tanggapan dari beberapa orang. Itulah kelebihan Facebook yang tak didapati di situs-situs jejaring sosial lainnya.

Tidak heran kemudian, jika hampir semua pengguna internet menjadi ketagihan akan Facebook. Apalagi sekarang internet (dan juga Facebook terutama) bisa langsung diakses dari HP yang murah-meriah dengan biaya yang sangat murah pula. Artinya, up-date status bisa terjadi dimana dan kapan saja.

Namun, apakah Facebook akan bertahan lama?

Lama-kelamaan, orang akan semakin sadar bahwa Facebook telah menciptakan sebuah komunitas yang benar-benar maya. Memang betul Facebook juga mempunyai sisi positifnya, seperti menjalin tali silaturahmi dengan orang lain.

Satu-satunya hal yang akan membuat Facebook ditinggalkan adalah kebosanan yang melanda para penggunanya. Setelah mondar-mandir selama tiga atau empat bulan di Facebook, orang akan dengan segera menemukan kejenuhan, karena semuanya hanya berlangsung begitu-begitu saja, dan semuanya selesai.

Hanya saja, para pengguna internet yang baru pun akan terus bermunculan, terutama kalangan ABG. Dan memang, bagi mereka yang masih berusia di periode ini, Facebook benar-benar mewakili kebutuhan mereka akan ajang unjuk diri. Dan mungkin bagi mereka, menghentikan Facebook menjadi sesuatu yang sulit, dan hanya bisa terjadi ketika sudah mulai beranjak dewasa dan atau tua. Jika Anda seorang dewasa, dan begitu kecanduan akan Facebook--salah satu ciri kecanduan Facebook adalah up-date status begitu sering hanya dalam beberapa waktu puluh menit--mungkin sudah waktunya untuk berhenti sejenak.

Sekarang, mari kita tanyakan kepada kita diri pribadi: apakah selama ini Facebook benar-benar kita gunakan untuk kebaikan atau hanya untuk sekadar up-date status tak penting, curhat dan rame-ramean doang? (sa)

sumber: http://www.eramuslim.com/berita/nasional/akankah-facebook-bertahan-lama.htm

Jumat, 17 Juli 2009

Tindakan Bukan Segalanya untuk Sukses

Tindakan memang penting untuk meraih sukses, tetapi bukan segalanya. Tindakan juga bukan berarti bisa bisa menghapus kekuatan do’a, niat, mimpi, penetapan tujuan, dan rencana. Tindakan adalah mata rantai untuk meraih sukses, namun bukan segalanya atau faktor satu-satunya meraih sukses.

Banyak orang yang terus bertindak, namun sampai akhir hayat tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Banyak orang yang bekerja keras dari subuh sampai malam, namun kehidupannya tidak pernah beranjak. Sementara ada orang yang tindakannya biasa-biasa saja, tetapi dia mendapatkan jauh lebih baik dibanding orang yang bekerja keras.

Sampai muncul sebuah kesimpulan bahwa yang diperlukan adalah bukan kerja keras tetapi kerja cerdas untuk meraih sukses. Tapi, menurut saya, jika Anda ingin sukses Anda perlu bekerja keras dan cerdas. Tidak cukup salah satu saja, harus keduanya keras dan cerdas.

Namun, sekali lagi, kerja atau tindakan bukan segalanya dan bukan satu-satunya faktor untuk meraih sukses. Tindakan adalah mata rantai penting dalam meraih sukses. Artinya masih ada mata rantai yang lain yang diperlukan untuk meraih sukses selain tindakan.

Antara Bermimpi dan Bertindak

Sekarang, sedang ada sebuah kampanye Stop Dreaming Start Action. Saya sangat mendukung program ini. Saya setuju untuk bagian “Start Action”, namun saya tidak setuju untuk mengatakan Stop Dreaming. Karena menurut saya, tindakan luar biasa dan tindakan dahsyat akan muncul jika kita memiliki impian yang besar.

Jika sebuah mimpi tidak menghasilkan tindakan, artinya ada masalah dengan mimpi tersebut. Bukan berarti harus berhenti bermimpi, perbaikilah cara bermimpinya. Karena jika seseorang memang benar-benar menginginkan sesuatu, dia pasti bertindak untuk mengejar impiannya.

Jadi, tetaplah bermimpi sebab mimpi akan menjadikan Anda bertindak.

Antara Berdo’a dan Bertindak

Sebuah ungkapan yang sering kita dengar antara berdo’a dan tindakan ialah, “Jangan hanya berdo’a saja kita tetap harus bertindak.”

Ungkapan itu adalah benar dan tidak salah. Hanya saja, kita perlu melihat lebih jeli. Kalimat tersebut bisa mengandung arti bahwa antara do’a dan tindakan adalah sesatu yang berbeda. Seolah berdo’a akan percuma jika tanpa tindakan. Ini yang salah. (Saya tahu, orang yang mengatakan kalimat diatas tidak bermaksud seperti ini.)

Mereka akan mengatakan keduanya perlu. Namun saya mengatakan berdo’alah yang diperlukan untuk meraih sukses. Lalu bagaimana dengan tindakan? Jika kita benar-benar berdo’a dan yakin dengan do’a kita maka Allah akan mengabulkan keinginan kita dengan berbagai cara yang tidak terbatas sebab Allah Mahakuasa.

Tindakan hanyalah salah satu cara Allah mengabulkan do’a kita. Allah akan memberikan inspirasi, ide, gagasan, dan kekuatan untuk bertindak jika tindakan adalah jalan untuk meraih apa yang kita minta dari Allah. Namun, jangan sampai kita mengatakan bahwa tindakan adalah satu-satunya cara terkabulnya do’a.

Jadi berdo’alah dengan yakin. Tindakan akan mengikuti jika diperlukan.

Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah ‘Azza wajalla maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa do’amu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan do’a orang yang hatinya lalai dan lengah. (HR. Ahmad)

Sumber:www.motivasi-islam.com

Minggu, 28 Juni 2009

Berbobot dalam Berfikir

Sangat luar biasa memang bagaimana anak-anak Jepang berfikir, mereka mempunyai pola berfikir yang cerdas. Apakah ini memang bawaan dari lahir ataukah karena diasah. Hal ini saya lihat langsung ketika saya dan dua orang temen yang juga sama-sama berkebangsaan Indonesia, sedang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti sebuah pelatihan (benkyoukai) pada Sabtu, 6 Juni 2009. Kami didampingi pula orang Jepang pegawai Kadin setempat.

Pelatihan yang sangat sederhana tetapi sangat hidup dan atraktif. Hanya berdurasi sekitar satu seengah jam, dimulai jam 10.00 dan berakhir jam 11.30. Pelatihan ini dikususkan pada bagaimana cara pembudidayaan belut (unagi). Disebuah tempat yang lagi-lagi boleh saya sebut simpel sederhana, tetapi syarat dengan ilmu, saya hanya bisa bergumam dalam hati "luar biasa, kapan negara saya Indonesia bisa memiliki bangunan yang sangat bermanfaat seperti ini". Kegiatan ini diikuti oleh seitar 20 peserta.

Pertama datang kami dikumpulkan dan diberi pengarahan/briefing dari pemandu samapai sedetil-detilnya, itulah salah satu kebiasaan orang Jepang yang dengan detail akan menjelaskan segala sesuatunya. Setelah kurang lebih 10 menit kamipun langsung diajak ke tempat pembudidayaan belut. Disana kami bertemu lagi dengan pemandu yang khusus akan menerangkan tentang pembudidayaan belut. Pertama kami diajari bagaimana membuat pakan belut, apa bahan-bahan yang digunakan, berapa ukuran masing-masing bahan, formulanya, bahkan untuk cara menimbang dan menakar masing-masing bahanpun dipraktikkan setiap peserta, lagi-lagi saya takjub betapa detailnya mereka mnjelaskan dan mengajarkan. Setelah itu kamipun diajarkan untuk membuat adonannya dengan tangan, walaupun disana ada alat pembuat adonannya. Agak bau sih....tapi nggak apa-apa gumamku.

Nah ini lah saatnya kami ditunjukkan ke bagian tempat pembudidayaan belut. Pakan belut hasil karya kami dimasukkan ke dalam bak pembudidayaan, sehingga luar biasa didalamnya terdapat belut yang bagi saya itu belut yang besar-besar yang jarang saya melihatnya di Indonesia. Disinilah bedanya, kalau belut Indonesia media pembudidayaannya di lumpur yang terlihat kotor, tapi kalau di Jepang dipelihara di air yang dikasih airator. Bahkan belutpun tidak suka kotor ya.. gumamku tidak seperti belut Indonesia, apakah menggambarkan orangnya, tentu tidak ya...he he.

Disinilah, setelah kami diajak jalan-jalan dan dijelaskan tentang bagaimana belut tumbuh, hingga siap untuk dipanen, tiba saatnya sesi diskusi. Kekaguman yang saya rasakan ketika disana ada seorang anak yang mengikuti kegiatan ini dan bertanya sesuatu, yang luar biasa adalah pertanyaannya yang sangat berbobot sekali, dan ini bukan hanya oleh satu orang anak saja tapi begitu juga oleh anak-anak yang lainnya. Mereka tidak menertawakan ketika temannya bertanya. Hal ini berlawanan dengan beberapa fenomena di negara saya Indonesia, yang malas untuk bertanya, menertawakan teman bertanya, kadangpun pertanyaannya yang kurang berbobot, tapi tidak semua begitu lho.....he he.

Memang ketika saya mengikuti pelatihan di BLK Badan Latihan Kerja Jepang, ada beberapa hal yang saya rasakan berbeda cara pembelajarannya. Dua hal mendasar yang awal-awal sekali diajarkan ketika saya di Jepang adalah bagaimana bekerja dalam kelompok, dan yang kedua yaitu bagaimana melakukan pemecahan masalah problem solvingAda sebuah pepatah Jepang bahwa banyak kepala lbih baik dari satu kepala.

Selasa, 19 Mei 2009

ATM (Amati Tiru dan Modifikasi)

Tidak bisa dipungkiri, ketika kita melihat sebuah produk yang disana tertulis "made in Japan" maka asosiasinya adalah produk yang memiliki kualitas baik dan berteknologi. Kalau boleh dibilang, produk-produk Jepang sudah mempunyai ruang tersendiri di hati konsumen khususnya Indonesia. Produk buatan Jepang selalu memperhitungkan detil, tombol sekecil apa pun, hingga setiap guratan, dirancang dengan teliti. Semua elemen yang membentuk suatu produk seakan berkata, “Aku adalah bagian dari mesin ini dan aku wajib menunaikan tugasku, meski tubuhku paling kecil.” Bermacam model yang akan dirilis tahun depan, mungkin tidak terlihat baru, tapi bisa dipastikan lebih berkualitas. Dan, motto itu tidak hanya berlaku bagi perangkat elektronik tetapi berlaku hampir pada sebagian besar produk Jepang.
Kenapa Jepang sangat begitu maju dalam hal teknologi ini, padahal kalau kita lihat dari sejarah bahwa pada tahun 1945 negara ini hancur lebur, baik dibidang ekonomi maupun harga diri sebagai sebuah bangsapun sudah terkoyak dan redup redam. Ia memproduksi barang yang mirip dengan produk dari negara maju lainnya (peniru), tentunya dengan berbagai inovasi sederhananya. Walaupun pada sekitar tahun 1980-an, produk Jepang memiliki stigma dari beberapa kalangan bahwa produk Jepang yang mempunyai bentuk menarik tetapi kurang awet dan mudah rusak setelah beberapa waktu penggunaan. Berpengalaman dari stigma itu, Jepang pelan tapi pasti mulai melangkah maju dalam menginovasi produk-produknya. Apa kunci kesuksesan Jepang dalam meningkatkan kualitas dan inovasi produknya.
Dengan menggunakan sistim ATM (Amati Tiru Modifikasi), yang sangat mungkin konsep sederhana ini kita coba aplikasikan.
1. Amati
Hal yang paling mudah dilakukan adalah mengamati sesuatu yang ada di sekitar kita, bukan hanya melihat tetapi juga sampai memunculkan pemahaman terhadap obyek yang diamati.
2. Tiru
Meniru bukan hanya sekedar "menjiplak" sama persis 100 persen tetapi dengan hasil pemahaman terhadap obyek yang diamati serta pemikiran dan kreatifitas akan memunculkan ide baru yang nantinya bisa dijadikan sebagai bahan dalam penentuan langkah berikutnya.
3. Modifikasi
Kreatifitas dan ide baru yang dihasilkan dari pengamatan tadi bisa menghasilkan produk baru yang telah termodifikasi, sehingga mempunyai produk yang lebih baik dan lebih berkarakter.

Konsep ATM ini bisa juga diaplikasikan dalam menjalankan kehidupan keseharian kita, disamping dalam hal produksi barang. Kesibukan dalam menjalani rutinitas sehari-hari akan lebih berkualitas apabila disertai dengan mengevaluasi (Amati) kegiatan-kegiatan yang telah kita jalani dalam periode tertentu, boleh satu hari, seminggu, atau sebulan tergantung kebutuhan, semakin sering semakin baik.
Dari hasil evaluasi akan ada keinginan untuk mengulangi (Tiru) kesuksesan yang pernah kita alami. Tentunya dalam perjalanan hidup ada batu sandungan yang tidak ingin terulang kembali di kehidupan kita, sehingga perlu ada perbaikan (Modifikasi) yang menjadikan kuwalitas hidup yang semakin kedepan semakin membaik. Seperti sebuah perkataan "Apabila hari ini sama dengan hari kemarin maka termasuk orang yang rugi, apabila hari ini lebih buruk dari kemarin maka termasuk orang yang celaka, dan apabila hari ini lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini maka termasuk orang yang beruntung".


Sabtu, 18 April 2009

Pemagang Kerja Terancam Dipulangkan

SEMARANG-Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng mengupayakan renegosiasi penempatan kensushei atau magang kerja menyusul kekhawatiran terjadi pemulangan atau pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat perekonomian Jepang yang terus melambat.

Ketua Kadin Jateng, Solichedi, mengatakan sebagian besar kensushei tersebut bekerja di bidang industri manufaktur, misalnya otomotif, di berbagai negara. Termasuk di Jepang yang jungkir balik akibat krisis ekonomi global.

”Pelemahan permintaan dari luar negeri membuat ekspor Jepang anjlok dan membuat gelombang PHK terus berlangsung di berbagai sektor, terutama manufaktur,” jelas Solichedi, kemarin.

Program kensushei Kadin Jateng yang telah berlangsung 15 tahun memberangkatkan 40 orang setiap periode.

Jika mengacu pada kontrak kerja yang biasanya berlangsung 2-3 tahun, ia menyatakan ada lebih dari 100 orang yang masih tinggal di sana untuk menyelesaikan program magang kerjanya.

Dia menjelaskan Kota Kosai di Provinsi Shizuoka paling banyak menjadi tempat kensushei Kadin Jateng.

Mayoritas industri otomotif bersifat supporting industries yang menunjang industri hulu.

Usaha Lain

Meski tidak mati, industri yang ada masih bertahan dan diperkirakan untuk sementara hanya menstok komponen atau suku cadang sambil menunggu situasi membaik.

”Kami usahakan jangan dipulangkan. Jika memang tak bisa di otomotif, bisa disalurkan ke usaha lainnya karena saat ini status mereka agak mengkhawatirkan dengan pemotongan uang saku dan kemungkinan pemulangan,” jelasnya.
Akibat krisis global pertumbuhan ekonomi dunia mengalami perlambatan, termasuk Jepang yang pertumbuhannya minus.

Bank Dunia memberi sinyal bahwa ekonomi dunia kemungkinan akan terus memburuk dan menyusut 1%-2%.

Analis ekonomi dan perbankan Ryan Kiryanto mengatakan proyeksi terbaru dirilis setelah Jepang merevisi data ekonominya dan mengonfirmasikan bahwa saat ini mereka mengalami keterpurukan (resesi) terparah sejak guncangan harga minyak pada 1974.

Perusahaan-perusahaan di Jepang yang digerakkan ekspor, misalnya Toyota Motor Corp dan Sony Corp, secara agresif menurunkan produksi dan melakukan PHK untuk mengatasi penurunan permintaan.

”Penurunan tajam di sisi ekspor itu memperburuk situasi di Jepang karena ekspor memengaruhi semua sektor,” tuturnya. (J14-27)

diambil dari :
http://www.suaramerdeka.com/ rubrik Ekonomi dan Bisnis edisi 16 April 2009

Setidanya ada hikmah dari setiap kejadian. Terkadang manusia merencanakan segala sesuatunya dengan rencana terbaik, tetapi ada Dzat yang lebih berkuasa atas segala sesuatu didunia ini "Man is purposes but God disposes", barang kali paribahasa itu yang bisa dijadikan motivasi. Tentunya bukan berarti berhenti untuk berusaha, tetapi memanfaatkan kejadian ini sebagai momen untuk menjadi lebih kreatif membuat perencanaan yang lainnya.

Senin, 23 Maret 2009

Rajawali Bukan Ayam

Di sebuah daerah persawahan yang jauh dari keramaian, tampak seorang petani muda yang sedang menuju perjalanan pulang bekerja dari sawah miliknya. Ditengah perjalanan, ia melihat sebutir telur yang jatuh bersamaan dengan sarang yang telah terkoyak dikarenakan telah terjadi angin besar beberapa waktu yang lalu. Ia pun berniat membawa pulang telur ini untuk disantap bersama keluarganya. Sesampainya dirumah, ia merasa sayang bila telur yang besar dan bentuknya lain dari telur-telur ayam miliknya itu harus musnah di atas penggorengan. Kemudian petani muda inipun mengeramkan telur temuan itu bersama telur-telur ayam miliknya yang lain.
Selang beberapa waktu, telur temuan itu menetas bersamaan telur ayam yang lain. Dari telur temuan itu muncullah seekkor unggas yang mempunyai ukuran dan bentuk yang berbeda dengan anak ayam yang lain. Tetapi si induk ayam mengira bahwa unggas itu adalah bagian dari anak-anaknya yang lain dan memperlakukan sama dengan yang lainnya. Mencari makan dengan mengais tanah menggunakan cekernya, dan mencari sisa-sisa makanan dengan paruhnya.
Waktu terus berlalu, beberapa bulan kemudian unggas itupun tumbuh lebih besar dari ayam yang lain, paruhnya bertambah panjang dan besar, matanya terlihat lebih tajam, kakinya lebih kekar dan kokoh serta mempunyai sayap yang lebih panjang dan lebar dibanding ayam yang lainnya. Ternyata unggas itu adalah seekor rajawali yang terlihat gagah dan perkasa. Tetapi dengan kelebihan bentuk tubuh seperti itu, rajawali inipun tetap mencari makan dan berperilaku layaknya ayam yang lainnya, bahkan sampai mati. Tidak bisa menggunakan paruhnya untuk mencabik-cabik daging yang keras, tidak mampu menggunakan kakinya untuk mencengkeram mangsa, tidak dapat memanfaatkan matanya yang tajam untuk mencari makan, juga tidak mampu mengepakkan sayapnya untuk menjelajahi lembah dan gunung. Hal itu dikarenakan seekor rajawali yang hidup di lingkungan ayam.
Terlepas benar tidaknya cerita di atas, ada sebuah pelajaran yang menarik yang dapat kita ambil. Manusia diberikan begitu banyak potensi oleh Sang Pencipta. Akan tetapi terkadang manusia sendiri tidak menyadari potensi apa yang sebenarnya ada pada dirinya. Ketika lingkungan membelenggu potensi positif kita dan tidak memberikan kesempatan untuk menggali lebih jauh lagi bakat yang kita miliki, maka sampai nantipun kita tidak menemukan potensi, bakat dan kemampuan positif lainnya seperti rajawali yang malang tadi.
Oleh karena itu, lingkungan dimana kita tumbuh sangat berpengaruh pada diri kita. Walaupun begitu kita pun tidak boleh menyalahkan lingkungan apabila terjadi banyak hal negatif pada diri kita. Ketika kita tinggal di lingkungan yang negatif, untuk memberikan keseimbangan pada diri kita, maka kita cari lingkungan luar yang memberikan pendidikan pada kita. Bahkan bila memungkinkan, kita bentuk lingkungan-lingkungan yang mendidik. Sehingga potensi besar yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta bisa kita gali dan termanfaatkan bagi kebaikan diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan berkontribusi dalam membentuk peradaban dunia yang berkeadilan dan sejahtera.

Selasa, 03 Maret 2009

Pemuda Juwono

Kecil tidak selalu berpotensi kecil, Juwana merupakan kota kecil yang mempunyai banyak potensi yang besar dan perlu segera dikembangkan. Para pemuda Juwana yang mempunyai etos kerja tinggi membuat kota ini menjadi pilihan para pebisnis dan pelaku usaha di luar daerah Juwana untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, sumber daya alamnya yang beranekaragam serta sangat berpotensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan, menjadikan Juwana menjadi kota yang mempunyai kegiatan ekonomi yang tinggi.
Perikanan menjadi salah satu andalan dari Juwana karena salah satu daerah yang dialiri oleh sungai besar Silugonggo yang bermuara di Laut Jawa. Di sepanjang sungai inilah aktivitas para penduduk Juwana dilakukan, mulai dari nelayan yang memakai perahu dayung hingga kapal ikan yang berkapasitas 200 ton, dari para pemancing ikan di kali kecil hingga para petambak udang dan bandeng. Selain perikanan, industri-industri kecil juga banyak ada di Juwana, kebanyakan bergerak di industri logam kuningan, industri batik tulis, dan industri pengolahan hasil laut dan hasil perikanan.
Tetapi potensi yang teramat besar itu hanya akan "jalan tempat" bahkan mungkin bisa mandeg apabila tidak digarap dengan serius dan melibatkan oleh banyak kalangan dan aktivis. Sinergisitas sangat dibutuhkan, dari para pelajar, guru, mahasiswa, dosen, dan para masyarakat Juwana yang sudah sukses di daerah lain agar tetap mempunyai rasa dan keinginan untuk membangun Juwana, serta dukungan masyarakat sendiri sangat dibutuhkan.
Juwana akan bisa maju dan berkembang apabila masyarakatnya berkemauan untuk merubahnya. Dimulai dari setiap pribadi yang terdidik, sehingga terbentuk keluarga yang berwawasan, dari keluarga berwawasan yang berkumpul akan termbentuk lingkungan masyarakat ( RT, RW, Desa) yang berilmu, terdidik dan berwawasan untuk bersama membangun.
Impian yang besar ini, membutuhkan pemikir, perencana, pelakau, dan pengontrol yang kredibel, kapabel, aseptebel. Dan semua itu bisa dilakukan oleh PEMUDA, tentunya bukan satu pemuda tetapi sebuah tim dari pemuda yang mempunyai impian untuk membangun Juwana. Karena pemuda adalah generasi penerus, generasi pengganti, dan sebagai agen pembaharu.
Bangkitlah PEMUDA JUWONO harapan itu masih ada.

by
Sunjuwono