Minggu, 28 Juni 2009

Berbobot dalam Berfikir

Sangat luar biasa memang bagaimana anak-anak Jepang berfikir, mereka mempunyai pola berfikir yang cerdas. Apakah ini memang bawaan dari lahir ataukah karena diasah. Hal ini saya lihat langsung ketika saya dan dua orang temen yang juga sama-sama berkebangsaan Indonesia, sedang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti sebuah pelatihan (benkyoukai) pada Sabtu, 6 Juni 2009. Kami didampingi pula orang Jepang pegawai Kadin setempat.

Pelatihan yang sangat sederhana tetapi sangat hidup dan atraktif. Hanya berdurasi sekitar satu seengah jam, dimulai jam 10.00 dan berakhir jam 11.30. Pelatihan ini dikususkan pada bagaimana cara pembudidayaan belut (unagi). Disebuah tempat yang lagi-lagi boleh saya sebut simpel sederhana, tetapi syarat dengan ilmu, saya hanya bisa bergumam dalam hati "luar biasa, kapan negara saya Indonesia bisa memiliki bangunan yang sangat bermanfaat seperti ini". Kegiatan ini diikuti oleh seitar 20 peserta.

Pertama datang kami dikumpulkan dan diberi pengarahan/briefing dari pemandu samapai sedetil-detilnya, itulah salah satu kebiasaan orang Jepang yang dengan detail akan menjelaskan segala sesuatunya. Setelah kurang lebih 10 menit kamipun langsung diajak ke tempat pembudidayaan belut. Disana kami bertemu lagi dengan pemandu yang khusus akan menerangkan tentang pembudidayaan belut. Pertama kami diajari bagaimana membuat pakan belut, apa bahan-bahan yang digunakan, berapa ukuran masing-masing bahan, formulanya, bahkan untuk cara menimbang dan menakar masing-masing bahanpun dipraktikkan setiap peserta, lagi-lagi saya takjub betapa detailnya mereka mnjelaskan dan mengajarkan. Setelah itu kamipun diajarkan untuk membuat adonannya dengan tangan, walaupun disana ada alat pembuat adonannya. Agak bau sih....tapi nggak apa-apa gumamku.

Nah ini lah saatnya kami ditunjukkan ke bagian tempat pembudidayaan belut. Pakan belut hasil karya kami dimasukkan ke dalam bak pembudidayaan, sehingga luar biasa didalamnya terdapat belut yang bagi saya itu belut yang besar-besar yang jarang saya melihatnya di Indonesia. Disinilah bedanya, kalau belut Indonesia media pembudidayaannya di lumpur yang terlihat kotor, tapi kalau di Jepang dipelihara di air yang dikasih airator. Bahkan belutpun tidak suka kotor ya.. gumamku tidak seperti belut Indonesia, apakah menggambarkan orangnya, tentu tidak ya...he he.

Disinilah, setelah kami diajak jalan-jalan dan dijelaskan tentang bagaimana belut tumbuh, hingga siap untuk dipanen, tiba saatnya sesi diskusi. Kekaguman yang saya rasakan ketika disana ada seorang anak yang mengikuti kegiatan ini dan bertanya sesuatu, yang luar biasa adalah pertanyaannya yang sangat berbobot sekali, dan ini bukan hanya oleh satu orang anak saja tapi begitu juga oleh anak-anak yang lainnya. Mereka tidak menertawakan ketika temannya bertanya. Hal ini berlawanan dengan beberapa fenomena di negara saya Indonesia, yang malas untuk bertanya, menertawakan teman bertanya, kadangpun pertanyaannya yang kurang berbobot, tapi tidak semua begitu lho.....he he.

Memang ketika saya mengikuti pelatihan di BLK Badan Latihan Kerja Jepang, ada beberapa hal yang saya rasakan berbeda cara pembelajarannya. Dua hal mendasar yang awal-awal sekali diajarkan ketika saya di Jepang adalah bagaimana bekerja dalam kelompok, dan yang kedua yaitu bagaimana melakukan pemecahan masalah problem solvingAda sebuah pepatah Jepang bahwa banyak kepala lbih baik dari satu kepala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar