Hari ini aku luangkan waktu untuk bisa berkumpul dengan para peserta senam yang aku ikuti sejak lima bulan yang lalu. Awalnya aku tidak mengenal perkumpulan ini karena komunitas ini pesertanya adalah para etnis tionghoa yang ada di kota tempat aku tinggal. Waktu itu aku diajak seorang warga di tempat aku bekerja, dimana kebetulan aku bekerja untuk mencari problem solving para warga yang bermasalah dengan air bersihnya di kawasan estate manajemen kami, nah dari situlah aku mulai diajak walau agak berat juga sebenarnya tapi aku fikir ini bagus juga untuk menjaga kesehatan, akhirnya aku ikut juga latihannya walau satu hari seminggu tiap hari Sabtu. Beliau ini warga tionghoa yang sangat baik, suka kasih nasihat baik kesehatan maupun tentang bagaimana mengarungi kehidupan ini. Terlepas dengan dasar agama atau memang dari hasil perjalanan hidup beliau, yang jelas ada sebuah nasihat yang menurut aku bagus untuk direnungkan.
Nasihat ini aku peroleh waktu perjalanan menuju sebuah pelatihan senam yang didatangi langsung oleh guru yang dihadirkan langsung dari China, Mr Liau Tse. Dan para pesertanya kebanyakan adalah para etnis tionghoa yang usianya seusia orangtua ku, dari situlah banyak dari mereka yang memberikan nasihat dari perjalanan dan kesuksesan hidupnya.
Tiga nasihat yang bisa aku ambil adalah bahwa dalam membekali kehidupan di dunia ini kita memerlukan KECERDASAN, KEBERANIAN, DAN UANG/ HARTA, itu nasihat yang aku terima dari beliau yang mengajak senam selama ini, untuk penjelasannya silahkan direnungi sendiri ya.. :)
Sedangkan nasihat yang aku terima dari guru senam dari China itu adalah bahwa alam ini ibarat seperti ibu yang mencurahkan kasih sayangnya kepada kita yang tinggal di bumi ini, jadi kita pun harus memperlakukannya dengan lembut. Pun dengan tubuh ini harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang dan cinta.
Minggu, 15 November 2015
Sabtu, 27 Juni 2015
DAUN JAMBU YANG TERBELAH
Seorang pemuda yang sudah matang dan penuh dengan
optimisme menjalani hidupnya yang masih sendiri serta senantiasa berusaha
mewujudkan impian-impian besarnya walaupun tampak berat. Ia mendapatkan sebuah
kejutan yang benar-benar membuatnya sangat bahagia.
Diawal tahun dia mendapatkan sebuah hadiah dari
seorang teman baiknya, hadiah itu terbungkus sangat rapi nan menawan, sangat
menarik untuk dipandang meskipun belum bisa dibukanya saat itu juga. Kemudian
sang teman menyerahkan hadiah itu dan juga sepucuk surat diatasnya, 'bacalah
surat ini terlebih dahulu sebelum membuka hadiah ini', sang pemuda pun bergegas
untuk pulang dan segera membuka sepucuk surat yang dibawanya, di surat itu
tertulis 'bukalah hadiah itu setelah mendapat ijin dari pemiliknya'. Dia tampak
bingung memikirkan isi surat itu, dia bertanya-tanya siapa pemilik dari hadiah
tersebut.
Hari demi hari iapun mencari-cari tahu siapa
pemilik hadiah itu, bahkan iapun ingin membuka hadiah itu karena merasa tidak
ada yang tahu, namun niat untuk membukanya ia urungkan karena ia berprinsip
walau tidak ada orang yang tahu ada Sang Maha Melihat yang senantiasa
mengawasinya. Hari demi hari, tiap ia di rumah, ia pandang hadiah itu, seolah
ada harapan besar yang mungkin dia rajut, ada impian besar yang mungkin dia
gapai, ada potensi besar yang mungkin bisa ia kembangkan setelah membuka hadiah
itu. Bahkan ketika ia keluar rumah ia pun mulai terus terpikir tentang isi
hadiah itu, bahkan ketika di musholla iapun terus dihantui rasa penasaran dari
isi hadiah itu yang baru kali itu ia rasakan selama hidupnya.
Tidak terasa sejak diterimanya hadiah itu, lima
bulanpun berlalu dan diapun belum menemukan siapa pemilik hadiah itu
sebenarnya. Maka diapun mulai sadar bahwa tidak ada yang mampu dimintai
pertolongan lagi selain Sang Maha Penolong. Diapun pergi ke musholla tempat
biasa dia melakukan sembahyang. Setelah beberapa kali ia lakukan hal itu, benar
saja petunjuk itu benar datang, sekarang ia mulai tahu siapa pemilik hadiah itu
sebenarnya, walau tempatnya agak jauh dari desa tempat ia tinggal dia bertekad
untuk menemui sang pemilik itu hanya demi bisa melihat isi dari hadiah itu.
Pagi-pagi sekali sebelum sang mentari terlihat dari ufuknya, iapun pergi
meninggalkan desa tanpa membawa hadiahnya. Akhirnya iapun bertemu dengan sang
pemilik hadiah itu, namun sang pemuda itu sangat terkejut setengah mati, karena
sang pemilik mengatakan 'wahai anak muda bukalah hadiah itu jika kamu ingin dan
mampu membukanya'. Sang pemuda dengan gembiranya memeluk sang pemilik dan
langsung minta ijin untuk segera pulang berharap bisa segera menikmati isi
didalam bingkisan itu.
Sesampainya di rumah dengan mata berbinar-binar
dia langsung menuju peti tempat ia menyimpan hadiah itu untuk membukanya.
Justru dia merasa lemas, kaget bukan kepalang setelah ia buka peti itu, ia
mendapati hadiahnya hilang tidak tahu dimana sekarang berada. Dia merasa
kecewa, menyesal karena tidak membawa hadiah itu saat pergi tadi, ia sangat
sedih karena ia merasa harapan telah hilang, impian telah musnah, dan
cita-citanya lenyap bersama dengan hilangnya hadiah itu, bahkan hampir saja dia
putus asa atas kejadian itu. Beruntung dia memililiki teman-teman yang sangat
baik, iapun menceritakan kejadian itu kepada teman-temannya. Seketika itu salah
seorang temannya mengatakan,
' Katakanlah, 'Wahai Tuhan yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke siang dan Engkau masukkan siang ke malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang
hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab. (Ali
Imran:26-27)
Setelah menerima nasihat dari teman baik itu
iapun mulai rasa tenang, dan sadar bahwa ia telah mulai melupakan Sang Maha
Penolong, diakibatkan teralalu memikirkan soal hadiah itu, walau sampai saat
inipun lintasan pikiran tentang hadiah itu masih ada. Namun seiring berjalannya
waktu ia mulai mendekatkan diri dengan Sang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ia
merasa bahwa barang kali hal itu adalah yang terbaik yang Sang Maha Pencipta
rencanakan baginya. Ia pun terus mencari hikmah dan pelajaran dibalik peristiwa
yang menimpanya. Setidaknya
dia bisa merasakan kebahagiaan walaupun hanya lima bulan saja, dimana mungkin
orang lain tidak pernah mengecap sedikitpun kebahagiaan yang seperti ia
rasakan. Dan dia merasa mungkin hadiah ini tidak yang dia butuhkan namun hanya
keinginan semata tanpa dilandasi niat kebaikan. Subhanallah sungguh pemuda yang
suka membuat segala sesuatunya menjadi positif, melihat sesuatu dari sudut
pandang kebaikan.
-- Dikutip dari Hati --
Semoga sang pemuda dalam cerita itu tetap ikhlas
dalam hidupnya dan mendapatkan hadiah yang lebih baik dari yang hilang, dan
semoga hadiah yang hilang itu beralih ditangan yang tepat lagi baik.
Langganan:
Postingan (Atom)