Sabtu, 27 Juni 2015

DAUN JAMBU YANG TERBELAH




Seorang pemuda yang sudah matang dan penuh dengan optimisme menjalani hidupnya yang masih sendiri serta senantiasa berusaha mewujudkan impian-impian besarnya walaupun tampak berat. Ia mendapatkan sebuah kejutan yang benar-benar membuatnya sangat bahagia.

Diawal tahun dia mendapatkan sebuah hadiah dari seorang teman baiknya, hadiah itu terbungkus sangat rapi nan menawan, sangat menarik untuk dipandang meskipun belum bisa dibukanya saat itu juga. Kemudian sang teman menyerahkan hadiah itu dan juga sepucuk surat diatasnya, 'bacalah surat ini terlebih dahulu sebelum membuka hadiah ini', sang pemuda pun bergegas untuk pulang dan segera membuka sepucuk surat yang dibawanya, di surat itu tertulis 'bukalah hadiah itu setelah mendapat ijin dari pemiliknya'. Dia tampak bingung memikirkan isi surat itu, dia bertanya-tanya siapa pemilik dari hadiah tersebut. 

Hari demi hari iapun mencari-cari tahu siapa pemilik hadiah itu, bahkan iapun ingin membuka hadiah itu karena merasa tidak ada yang tahu, namun niat untuk membukanya ia urungkan karena ia berprinsip walau tidak ada orang yang tahu ada Sang Maha Melihat yang senantiasa mengawasinya. Hari demi hari, tiap ia di rumah, ia pandang hadiah itu, seolah ada harapan besar yang mungkin dia rajut, ada impian besar yang mungkin dia gapai, ada potensi besar yang mungkin bisa ia kembangkan setelah membuka hadiah itu. Bahkan ketika ia keluar rumah ia pun mulai terus terpikir tentang isi hadiah itu, bahkan ketika di musholla iapun terus dihantui rasa penasaran dari isi hadiah itu yang baru kali itu ia rasakan selama hidupnya.

Tidak terasa sejak diterimanya hadiah itu, lima bulanpun berlalu dan diapun belum menemukan siapa pemilik hadiah itu sebenarnya. Maka diapun mulai sadar bahwa tidak ada yang mampu dimintai pertolongan lagi selain Sang Maha Penolong. Diapun pergi ke musholla tempat biasa dia melakukan sembahyang. Setelah beberapa kali ia lakukan hal itu, benar saja petunjuk itu benar datang, sekarang ia mulai tahu siapa pemilik hadiah itu sebenarnya, walau tempatnya agak jauh dari desa tempat ia tinggal dia bertekad untuk menemui sang pemilik itu hanya demi bisa melihat isi dari hadiah itu. Pagi-pagi sekali sebelum sang mentari terlihat dari ufuknya, iapun pergi meninggalkan desa tanpa membawa hadiahnya. Akhirnya iapun bertemu dengan sang pemilik hadiah itu, namun sang pemuda itu sangat terkejut setengah mati, karena sang pemilik mengatakan 'wahai anak muda bukalah hadiah itu jika kamu ingin dan mampu membukanya'. Sang pemuda dengan gembiranya memeluk sang pemilik dan langsung minta ijin untuk segera pulang berharap bisa segera menikmati isi didalam bingkisan itu.

Sesampainya di rumah dengan mata berbinar-binar dia langsung menuju peti tempat ia menyimpan hadiah itu untuk membukanya. Justru dia merasa lemas, kaget bukan kepalang setelah ia buka peti itu, ia mendapati hadiahnya hilang tidak tahu dimana sekarang berada. Dia merasa kecewa, menyesal karena tidak membawa hadiah itu saat pergi tadi, ia sangat sedih karena ia merasa harapan telah hilang, impian telah musnah, dan cita-citanya lenyap bersama dengan hilangnya hadiah itu, bahkan hampir saja dia putus asa atas kejadian itu. Beruntung dia memililiki teman-teman yang sangat baik, iapun menceritakan kejadian itu kepada teman-temannya. Seketika itu salah seorang temannya mengatakan,

' Katakanlah, 'Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke siang dan Engkau masukkan siang ke malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab. (Ali Imran:26-27)

Setelah menerima nasihat dari teman baik itu iapun mulai rasa tenang, dan sadar bahwa ia telah mulai melupakan Sang Maha Penolong, diakibatkan teralalu memikirkan soal hadiah itu, walau sampai saat inipun lintasan pikiran tentang hadiah itu masih ada. Namun seiring berjalannya waktu ia mulai mendekatkan diri dengan Sang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ia merasa bahwa barang kali hal itu adalah yang terbaik yang Sang Maha Pencipta rencanakan baginya. Ia pun terus mencari hikmah dan pelajaran dibalik peristiwa yang menimpanya. Setidaknya dia bisa merasakan kebahagiaan walaupun hanya lima bulan saja, dimana mungkin orang lain tidak pernah mengecap sedikitpun kebahagiaan yang seperti ia rasakan. Dan dia merasa mungkin hadiah ini tidak yang dia butuhkan namun hanya keinginan semata tanpa dilandasi niat kebaikan. Subhanallah sungguh pemuda yang suka membuat segala sesuatunya menjadi positif, melihat sesuatu dari sudut pandang kebaikan.

-- Dikutip dari Hati --

Semoga sang pemuda dalam cerita itu tetap ikhlas dalam hidupnya dan mendapatkan hadiah yang lebih baik dari yang hilang, dan semoga hadiah yang hilang itu beralih ditangan yang tepat lagi baik.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar